Media Sosial Jadi Sumber Informasi, Gen Z Ubah Cara Kita Melihat Dunia

Generasi Z, atau Gen Z, yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012, kini menjadi salah satu kelompok terbesar dalam populasi Indonesia. Tumbuh di era digital, generasi ini memiliki pola konsumsi media yang sangat berbeda dibanding generasi sebelumnya. Jika generasi X dan milenial tumbuh dengan televisi, radio, dan surat kabar sebagai sumber utama informasi, maka Gen Z mengandalkan ponsel pintar, media sosial, dan konten on-demand.

Dominasi Media Sosial dan Konten Singkat
Media sosial seperti Instagram, TikTok, YouTube Shorts, dan X (dulu Twitter) menjadi kanal utama Gen Z untuk mendapatkan informasi dan hiburan. Mereka cenderung menyukai konten visual, cepat, dan interaktif. Fenomena ini menjelaskan mengapa format video pendek begitu populer. Alih-alih membaca berita panjang, Gen Z lebih memilih melihat ringkasan informasi melalui konten reels atau story.

TikTok misalnya, bukan lagi sekadar tempat berjoget atau hiburan ringan. Banyak Gen Z yang menggunakan platform ini untuk belajar, mencari berita, bahkan memperdalam wawasan politik atau lingkungan. Kreator konten edukatif dengan gaya bahasa santai menjadi rujukan informasi yang dianggap lebih relevan dan mudah dicerna.

Penurunan Konsumsi Media Tradisional
Survei dari berbagai lembaga menunjukkan bahwa jumlah Gen Z yang mengakses televisi atau membaca koran fisik terus menurun. Televisi lebih sering ditinggalkan karena tidak memberi fleksibilitas waktu, sementara media cetak dianggap kurang praktis. Gen Z lebih memilih informasi yang bisa diakses kapan saja, di mana saja, dan melalui perangkat mobile.

Podcast juga menjadi pilihan menarik. Banyak dari mereka mendengarkan topik-topik aktual sambil beraktivitas, mulai dari pembahasan isu sosial, kesehatan mental, hingga investasi. Platform seperti Spotify dan YouTube kini menjadi pusat konsumsi berita dengan gaya yang lebih naratif dan mendalam.

Tantangan Literasi Digital
Meski akses terhadap informasi semakin luas, tantangan literasi digital masih besar. Gen Z harus mampu memilah mana informasi yang akurat dan mana yang menyesatkan. Hoaks, misinformasi, dan algoritma yang membentuk gelembung informasi (echo chamber) dapat membatasi pandangan mereka terhadap dunia.

Pendidikan literasi digital menjadi penting agar generasi ini tidak sekadar menjadi konsumen, tetapi juga produsen informasi yang bijak dan bertanggung jawab.

Peluang Bagi Media dan Komunikator
Perubahan ini menuntut pelaku industri media untuk beradaptasi. Media mainstream perlu merombak cara penyajian berita, mengadopsi format visual, gaya narasi yang ringan, serta menjangkau platform tempat Gen Z berada. Kolaborasi dengan influencer atau kreator konten bisa menjadi jembatan strategis untuk menjangkau audiens muda.

Generasi Z telah mendefinisikan ulang cara kita mengakses dan menyebarkan informasi. Kecepatan, visual, dan koneksi emosional menjadi kunci. Media yang mampu berinovasi dan menjaga kepercayaan akan tetap relevan di tengah gelombang perubahan ini.(ri)